ALBAB "Alat Bantu Bicara" : Optimalisasi Smartphone Sebagai Solusi Komunikasi Bagi Tunawicara
Program
Riau GO IT yang diluncurkan oleh gubernur Riau pada saat Milad Provinsi Riau
Ke-59 menjadi indikasi bahwasanya Riau siap untuk menuju Smart Province.[1]
Hal utama yang harus dipersiapkan adalah bagaimana masyarakat Riau dapat
menerima dan siap untuk menghadapi kehidupan yang berbasis IT. Hal ini tidak
dapat dipungkiri karena perkembangan IT telah memasuki seluruh aspek kehidupan.
Salah satu cara agar masyarakat Riau kedepannya dapat beradaptasi adalah dengan
cara menciptakan generasi yang siap akan teknologi. Akan tetapi catatan penting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai perkembangan teknologi mengikis kebudayaan masyarakat Riau yang telah dikenal lama sebagai Masyarakat Riau Berbudaya.
Teknologi informasi selalu berorientasi pada kebutuhan
generasi yang normal. Pada hakikatnya, generasi meliputi seluruh elemen anak
bangsa yang dapat berpotensi memajukan suatu wilayah. Anak anak berkebutuhan
khusus juga merupakan dari generasi penerus bangsa. Perhatian ekstra khusus
harus diberikan kepada mereka, tidak cukup hanya sekedar seremoni dan perayaan
belaka. Akan tetapi, teknologi seolah olah luput dari generasi yang berkebutuhan
khusus. Hal ini menyebabkan indahnya sentuhan teknologi sebagian besar hanya
dirasakan oleh generasi yang normal. Salah satu generasi yang luput dari
sentuhan teknologi adalah tuna wicara.
Tuna wicara adalah suatu gangguan yang menyebabkan
seseorang tidak bisa berbicara. Gangguan tersebut dapat disebabkan faktor
bawaan sejak lahir atau diakibatkan oleh penyakit seperti saraf Ataxia,
Kelumpuhan pita suara, lumpuh otak dan gejala stroke ringan. Komunikasi non
verbal seperti tulisan dan bahasa isyarat menjadi solusi terkini yang digunakan
untuk membantu tuna wicara dalam berkomunikasi. Akan tetapi fakta membuktikan
bahwa pada tahun 2015, di Riau belum ada tenaga pelatih bahasa isyarat,
meskipun ada tapi baru satu itupun masih baru.[2]
kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, disaat Riau sedang mempersiapkan
diri menuju Riau Go IT, akan tetapi hal seperti ini masih belum terselesaikan. Akibatnya
adalah mereka akan sulit berkomunikasi khususnya dengan orang normal karena
sama sama tidak menguasai bahasa isyarat. Sedangkan apabila dibangun komunikasi
melalui tulisan dan menggunakan kertas, hal ini dinilai tidak efektif dan dapat
menimbulkan masalah baru yaitu sampah yang akan merugikan lingkungan.
Salah satu alasan yang menyebabkan rendahnya penerapan
text to speech untuk komunikasi bicara karena adanya anggapan bahwa komunikasi
lisan dan tulisan merupakan dua buah komunikasi yang sejajar mengakibatkan
sentuhan teknologi dianggap kurang penting. Hal ini merupakan sebuah mitos
komunikasi, faktanya adalah komunikasi lisan adalah komunikasi primer dan
tulisan adalah komunikasi sekunder.[3] Anggapan
lain mengatakan bahwa apabila seseorang tidak bisa berbicara maka otomatis
tidak bisa mendengar. Sehingga banyak pengembang system menganggap implementasi
text to speech tidak efektif. Hal ini tentu tidak benar, karena alat bantu
untuk tuna rungu sudah banyak tersedia seperti BTE, Xonmed Digital dan lain
sebagainya. Selain itu tidak semua orang tuna wicara yang menderita tuna rungu,
salah satu contohnya saja para penderita penyakit yang menyebabkan mereka
kehilangan fungsi suara.
Salah satu harapan terbesar dari tuna wicara adalah
bagaimana mereka bisa berinteraksi menggunakan suara. Mereka tidak perduli
apakah itu suara miliknya atau suara orang lain. Ketika proses belajar
mengajar, alangkah indahnya jika siswa tuna wicara dapat mengajukan pertanyaan
langsung menggunakan media suara sehingga proses pembelajaran dapat lebih
efektif. Selain dapat dijadikan alat bantu bicara, hal ini menjadi salah satu
pendorong agar generasi tuna wicara dapat selangkah lebih dekat dengan IT. Oleh
karena itu, untuk mewujudkan harapan tuna wicara dan adanya keadilan dalam
pengembangan IT, maka salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan
membuat aplikasi sebagai alat bantu bicara.
![]() |
| Menu Aplikasi |
Pengembangan
aplikasi alat bantu bicara tentunya harus ditinjau dari berbagai aspek.
Aplikasi harus dibuat dalam bentuk yang sangat praktis, simple dan mudah
digunakan serta dapat bermanfaat diluar dari fungsi sebenarnya. Adapun diluar
fungsi utamanya sebagai alat bantu bicara untuk tuna wicara, aplikasi ini
nantinya juga dapat digunakan oleh pelajar ataupun mahasiswa yang ingin
mendalami bahasa inggris, karena aplikasi ini dapat melatih speaking dan
listening dalam berbahasa inggris. Akan tetapi fokus utama karya inovasi TIK
ini tetap ditujukan untuk generasi berkebutuhan khusus. Faktor utama yang harus
dipikirkan adalah bagaimana aplikasi yang akan dikembangkan ini dapat
diproduksi secara masal dengan biaya serendah rendahnya.
Tags:
OTIK

0 komentar