Part I : Membelah Cinta Menggapai Surga



Part I : MEMBELAH CINTA MENGGAPAI SYURGA

Suasana kantor dipagi itu sangat runyam, kelihatan beberapa orang sedang berbicara didepan pintu dan sebagian ada yang sedang merokok sambil mengepulkan asap menatap jauh tiada batas. Tiada aktivitas yang berarti dipagi hari itu. Alarm kerja telah berbunyi, namun tiada seorang pun karyawan yang memulai aktivitas, seakan-akan mereka tidak mendengar apapun. Dari kejauhan terlihat mobil avanza coklat mulai menghampiri kantor, perlahan tapi pasti mobil telah memasuki area parkir yang khusus untuk mobil pribadi. Seluruh karyawan mulai berdesakan menuju pintu keluar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, satu persatu mereka merapatkan barisan seakan-akan membuat tembok untuk menutupi pintu kantor.
 Kelihatan jelas sesosok tubuh tampan dan masih muda turun dari mobil dengan menjinjing tas laptopnya bergerak menuju pintu dengan wajah penasaran. Tanpa berprasangka dia menyapa “Selamat pagi”. Tiada seorangpun yang membalas sapaan itu. Dengan  sikap tenang dia menyapa lagi, “ Adakah yang tidak berkenan dihati saudara sekalian?”, seluruh karyawan hanya saling berpandangan memberikan kode. Seorang karyawan kelihatan ragu sambil berisyarat kepada temannya seolah-olah ada yang akan disampaikan, tapi tiada yang melihat aksinya. Melihat keadaan yang membingungkan tersebut. Dion langsung menghebohkan suasana seraya menyanyikan lagu “ Happy birthday to Bapak Haqy……..”. suasana yang semula hening kini telah disulap oleh dion menjadi suasana yang semarak dan tentunya sangat mengharukan bagi pimpinan mereka, karena hari itu adalah hari ulang tahun beliau yang ke-26. “ Selamat ulang tahun pak” ucap dion sambil mengulurkan tangan. Terima kasih atas semuanya, tetapi pada saat ini bukan tahun lahir saya yang diulang melainkan tanggal dan bulannya yang diulang, jadi saya lebih senang diucapkan selamat ulang tanggal dan bulan pak”
Haqy adalah adalah seorang manager pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Lokomotif. Sikapnya yang bijaksana dan penuh wibawa dalam bertindak selalu membuat karyawannya merasa segan dan berani menyampaikan ide untuk perkembangan perusahaan lokomotifnya, jadi sangat wajar jika perusahaannya terpilih memperoleh the best reward Internasional. Meskipun Haqy telah dinilai cukup mapan dari segi materi namun dia belum mempunyai pendamping hidup, hari-hari dilaluinya hanya dengan seekor kelinci yang diberinya nama veno. Sedangkan orang tuanya lebih memilih tinggal didesa, meskipun telah berulang kali haqy menjemput orang tuanya, namun orang tuanya tidak bisa meninggalkan kampung halaman yang telah berpuluh tahun menjadi tempat hidup hingga anaknya mampu sekolah tinggi dan telah menjadi manager.
Jam telah menunjukkan pukul 12.00 wib, seluruh aktivitas kantor dihentikan, seluruh karyawan sudah mulai bergegas satu persatu meninggalkan kantor, disela-sela aktiivitas tersebut terdengar ketukan pintu di ruang manager, “ Permisi pak!,”. “Kreek” suara pintu terbuka, alangkah terkejutnya karyawati ini melihat pimpinannya telah terbaring di depan meja kantor. “ Tolooong !!!” teriak karyawati itu yang akrab dipanggil nanda oleh rekan-rekannya. Tanpa banyak pertanyaan nanda beserta karyawan lainnya langsung membawa haqy kerumah sakit.
Waktu telah berlalu setengah jam, namun tiada seorangpun dokter yang keluar dari ruang rawat haqy. Meskipun karyawan lainnya merasa gelisah, namun kelihatannya nanda merasakan hal yang lebih, hal itu terlihat dari raut wajah dan sikapnya yang selalu mondar-mandir dan sesekali melihat kearah pintu tempat haqy dirawat. Keadaan yang semula hening kini telah kembali terdengar langkah kaki ketika pintu rawat haqy terbuka, “ gimana dok?” Tanya nanda dengan wajah penasaran. Dengan sedikit suram dokter menjawab “kami sudah berusaha, tetapi kami belum bisa mengatakan sekarang hipotesis yang kami dapat mengenai penyakitnya, sekarang pak haqy boleh dibawa pulang dan harus benar-benar diatur jadwal kerjanya.” setelah mendengar penjelasan pak dokter, nanda segera bergegas menuju ruang rawat haqy. Raut wajah nanda kini telah berubah menjadi senyuman yang manis ketika melihat haqy telah sadar dan menatap sayu matanya. “bapak harus banyak istirahat, dan dapat mengatur waktu kerja pak,” pesan nanda dengan nada rendah. Dengan sedikit senyuman haqy membalas pesannya, “ iya, saya sudah ada niat, diusia saya yang ke-26 ini saya ingin pulang kampung menemui orang tua, jadi tolong siapkan keberangkatan saya, insya allah sore ini saya berangkat.” Nanda hanya bisa mengangguk meskipun dia tidak setuju dengan permintaan pimpinannya.
Dengan kondisi tubuh yang belum sepenuhnya pulih, haqy tetap berkeinginan pulang dihari ulang tahunnya itu, menurutnya jarang sekali dapat menemui orang tuanya dihari yang sangat sakral itu. Ketika haqy baru saja turun dari tangga, terdengar lagu wali “cari jodoh” dari arah pinggangnya. Ternyata itu telephone dari ibunya. “Assalamu’alaikum” sapa haqy dengan penuh rasa hormat. “wa’alaikumsalam, haqy.. selamat ulang tahun ya nak, sekarang usia kamu sudah genap 26 tahun, ibu sama bapakmu sudah ingin menimang cucu, jadi selagi ibu sama bapak masih hidup, kami ingin merestui kamu nak, kamu satu-satunya anak kami.” Tutur ibunya dengan nada rendah. Haqy mengerti dengan maksud perkataan ibunya, “iya bu, tapi haqy belum menemukan pendamping haqy, haqy pasti dapat dalam waktu dekat ini bu, ibu sama bapak sabar dulu ya. Oh iya bu, sekarang haqy mau berangkat ke bandara bu, haqy mau menemui ibu sama ayah hari ini, ibu mau titip apa?”. sejenak ibunya terdiam lalu berkata “ ibu mau kamu bawakan calon mantu ibu nak, ibu tunggu kedatangan kamu ya, hati-hati dijalan, Assalamu’alaikum” belum lagi haqy selesai menjawab salam, “tut..tut..tut”  ibunya langsung mematikan hp.
Disepanjang jalan haqy merasa kepulangannya hampa, sebelumnya dia berfikir kepulangannya hari ini adalah hari yang paling bahagia karena bisa bersama orang yang dicintai untuk merayakan hari jadinya. Namun permintaan ibunya selalu saja terngiang ditelinganya, oleh-oleh yang tidak mungkin saya dapat untuk mencarinya dalam waktu sesingkat ini, itulah kata hati haqy ketika teringat permintaan orang tuanya. Akan tetapi semangatnya kembali muncul tat kala ia teringat masakan ibunya dan ingin sekali rasanya mencium kedua tangan orang tuanya. Karena sudah hampir satu tahun ia tidak pulang. Cincin dan jam tangan yang baru saja dibelinya selalu dipegang dan sekali-kali ditatapnya dengan penuh keharuan, ia sudah tidak sabar lagi untuk memasangkan oleh-oleh nya itu ditangan kedua orang tuanya.
Ketika sedang asyik menatap kedua oleh-oleh itu, suasana kembali berisik oleh nada sms haqy. Selang beberapa detik setelah membaca pesannya, haqy seketika tertegun dan membaca berulang-ulang isi pesan yang diterimanya, seolah-olah ia tidak percaya dengan isi pesan itu, matanya mulai berlinang, genggaman tangannya yang memegang cincin dan jam tangan mulai goyah, bibirnya mulai bergerak, detaknya jantungnya mulai melemah, gerakan napasnya mulai terasa, ia benar-benar tidak menyangka isi pesan itu. Pelan-pelan ia tutup hp nya, kemudian membacanya kembali dengan sedikit mengeja, “ assalam,haqy, kami rindu sama kamu, tapi kami juga merindukan cucu, jika kamu pulang sendirian nak, lebih baik jangan pulang dulu, setelah kamu dapat titipan kami tadi, baru lah kamu pulang nak, bawa calon mantu ibu kemari, bukannya kami menolak kepulanganmu nak, tapi kami malu sama sanak famili dan tetangga dikampung, kami tunggu kepulanganmu nak.wasalam” didalam hati haqy berkata dengan penuh rasa iba “ternyata ibu dan bapak lebih merindukan mantu dari pada saya.”
Haqy merasa hari lahir nya kali ini adalah yang paling sangat berkesan, berkesan dengan kesedihan. ia merasa iri dengan orang lain yang bisa merasakan kebahagiaan tersendiri ketika hendak pulang kampung bahkan pada hari lahirnya sendiri. Haqy mulai berfikir, ternyata perkara ini bukanlah perkara yang bisa dianggapnya remeh lagi seperti anggapan sebelum-sebelumnya. Ia berjanji mulai hari ini akan mencari pendamping hidup yang bisa membuat orang tuanya bahagia. Sebenarnya haqy bukanlah tidak mengenal cinta tetapi dia belum dapat menemukan jalan cinta yang dihalalkan oleh agama. Sudah berulang kali dia gagal dalam percintaan, hanya dikarenakan satu factor, haqy tidak pernah mau jalan bersama ataupun ketemuan berdua. Baginya pacaran adalah musuh dalam kehidupan. Dia meyakini anugrah cinta yang diberikan bukan untuk dikotori dengan pacaran tapi harus disinari dengan kesucian dengan melimpahkan kasih sayang tanpa berinteraksi secara langsung. Baginya rasa sayang bukanlah muthlak harus ditunjukkan dengan sentuhan tapi dengan pancaran hati dan dicurahkan dengan  penuh rasa perhatian.
Hari-hari mulai dilalui haqy dengan sedikit perubahan, setiap malam dia mulai menyisihkan waktunya untuk hang out (jalan-jalan), setelah berkeliling selama setengah jam dia beristirahat di salah satu café dipusat perkotaan. Ia merasa asing, hanya dia sendiri yang duduk sendirian. Sedangkan tamu lainnya semua berpasangan. Keanehan yang ia rasakan bukan karena dia duduk sendirian, melainkan kenapa dia mulai merasakan hal seperti ini, karena hari-hari sebelumnya haqy sudah terbiasa datang ke café dan memang selalu sendirian serta tidak pernah sedikitpun memperhatikan tamu-tamu lain. Dia mulai merasakan betapa besarnya pengaruh sms yang ia terima itu. Didalam hati kecilnya dia terus berprinsip akan tetap berpegang teguh pada pendirian dan harus bisa juga mengabulkan permintaan orang tuanya. Dia tidak ingin menjadi kebanyakan orang, sebagian besar orang terjebak ke lembah maksiat karena diawali dari pacaran. Sudah berapa banyak bayi jadi korban, sudah berapa banyak bayi yang menjadi penyebab pernikahan dini,sudah berapa banyak bayi yang menjadi penyebab pembunuhan, dan sudah berapa banyak bayi yang lahir yang tidak jelas orang tuanya,Inikah alasan orang berpacaran?? Meskipun banyak diantara mereka yang berdalil bahwa dengan pacaran dapat saling mengenal satu sama lain secara lebih dekat dan mengetahui karakteristik masing-masing, tapi itu semua tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka ucapkan. Itulah argument-argumen haqi sehingga membuatnya susah untuk mendapatkan sekaligus mengabulkan keinginan orang tuanya.
Bias cahaya yang masuk kekamar haqi menandakan pagi hari telah menjemputnya kembali untuk melakukan aktivitas dan mencari cinta sejatinya. Seperti biasanya setiap bangun pagi haqi selalu meluangkan waktu untuk melihat reno, kelinci yang lucu, imut dan cerdik. Setiap pagi kelinci ini selalu membangunkan haqi dengan cara mendorong bel yang ada dikandangnya. kandang reno bersebelahan dengan kamar haqi, jadi dapat menjadi alarm bagi haqi setiap paginya. Haqi menatap reno dengan senyuman kecil sambil berkata “ jika nanti ku  sudah punya pasangan, kamu juga kan ku carikan pasangan, sekarang kita sama-sama sendiri dulu ya.” Hmm…. Tawa haqi tertahan. setelah puas berbincang dengan sahabatnya, haqi tidak lupa membuat secangkir teh sebelum dia mandi.
Bel kantor telah berdering, seluruh karyawan memulai aktivitas masing-masing. “pagi nan!” sapa dion. “pagi juga, kenapa pak haqi belum datang ya?” Tanya nanda dengan penuh selidik. “mungkin saja beliau masih ada urusan luar, kenapa kamu terlalu memperhatikan bos ya.? Hmm…”. Dion dengan nada cetus.  “menurutku tidak ada salahnya seorang karyawan memperhatikan bos nya,”. “yakin?” bantah dion. “Upz..” sela nanda, “sekarang bukan waktunya berdebat, kamu urus saja pekerjaanmu, kamu tahukan sekarang akhir bulan, lebih baik optimalkan saja pencapaian target mu dibulan ini.!” Ternyata dion jenis laki-laki yang keras kepala dan tidak mau mengalah, “ target? Belum ada supervisor disini yang bisa menandingi pencapaian saya, nah.. kenapa kamu yang mengatur saya!”. Lebih baik terus terang, bilang saja kalau kamu itu suka dengan……!”, belum lagi selesai melanjutkan perkataannya dion tersentak diam, karena pak haqi telah berada di hadapan mereka. “pagi pak!”, sapa dion dan nanda serentak. “pagi juga,”.balas haqi. Akan tetapi tatapan mata haqi masih tertuju ke arah dion, seakan-akan beliau ingin mengatakan sesuatu. Melihat keadaan tersebut jantung dion semakin kencang berdetak, “mungkinkah dia tau kalau saya sedang membicarakan dia dengan nanda tadi?,” sepenggal kalimat itulah yang teringat oleh dion dikala itu, setelah menarik napas panjang barulah haqi memulai pembicaraan “pak dion tolong diemailkan kepada seluruh supervisor jam 10.00 wib hari ini kita ada meeting diruang meeting. Hmm.. ibu nanda silahkan masuk keruangan saya sekarang, ada hal yang harus dibicarakan.”
 Nanda hanya terpaku diam menunggu haqi memulai pembicaraan. Wajahnya penuh tanda Tanya dan tanda seru, kalimat pertanyaan kah yang akan dikeluarkan atau kalimat amarah dengan diakhiri tanda seru, waw…. Gak kebayang, begitulah pemikiran nanda pada saat itu. “saya sudah melakukan evaluasi untuk perncapaian target bulan ini, pencapaian yang ibu peroleh adalah 98,9 % sekaligus sebagai pencapaian tertinggi dari pada supervisor lain. Jadi, saya percayakan perusahaan ini kepada ibu untuk menghandle semua urusan, karena satu bulan ini saya tidak masuk kantor.” Nanda terlihat kaget, darahnya berdesir bak ombak dilautan, dia bingung harus mengatakan apa, “memangnya bapak mau kemana?”Tanya nanda penuh selidik. “saya harus mencari oleh-oleh untuk orang tua saya, saya tidak punya waktu lama, jadi meeting nanti tolong kamu yang menghandle, minta kepada seluruh supervisor untuk memperbaiki pencapaian target dibulan yang akan datang.”perintah haqi sambil menyerahkan laptopnya. Dengan sedikit senyum haqi meninggalkan ruangan.
Ruangan meeting sudah mulai diisi oleh beberapa orang supervisor, diantaranya dion. Semua kelihatan sibuk, ada yang menyusun kertas, menulis, menggunakan laptop, dan ada juga yang sedang smsan, itulah hobinya dion, dimanapun berada selalu saja menatap layar hp sambil tersenyum-senyum sipu. Disela-sela kesibukan tersebut nanda memasuki ruangan sambil menyapa “selamat pagi”. “selamat pagi” sambut seluruh supervisor kecuali dion yang masih sibuk dengan hp nya. Ketika rapat sedang berlangsung, dion selalu saja tidak serius, karena dia tidak setuju nanda yang dipercayai untuk memimpin rapat, dia menganggap dirinya lebih senior dari pada nanda. Dion merasa dirinya diremehkan dan dipermalukan, karena nanda membacakan urutan pencapaian target, dan dion sendiri berada diposisi terendah, sedangkan dia adalah supervisor terlama diperusahaan itu. Tidak terima dengan keadaan pada saat itu, dion langsung meninggalkan ruangan rapat tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan menutup pintu sekeras-kerasnya. Akan tetapi keadaan demikian tidak menyurutkan semangat supervisor lainnya untuk melanjutkan rapat.
haqi merasa jabatan dan harta yang ia miliki tidak mampu untuk membahagiakan orang tuanya. Setiap kali dia pulang bukan uang dan bukan dirinya yang diharapkan orang tuanya, melainkan selalu saja mantu yang diminta. Dia juga memaklumi hal tersebut, karena dia adalah anak tunggal, sedangkan orang tuanya sudah tua, tentu saja ingin melihat anaknya berkeluarga sebelum meninggalkan anaknya untuk selamanya. Jika ia tetap beraktivitas dikantor, ia yakin waktunya hanya habis untuk bekerja. ia tidak mau konsentrasinya terbagi dan merugikan orang banyak jika dia tidak memanagement perusahaannya dengan baik. haqi merasa dikejar-kejar waktu, tindakannya mulai buru-buru. Dia berniat untuk pergi ke daerah pedesaan dan menetap untuk beberapa pekan, dia menganggap cinta sejati itu ada disana dan sifat agamaisnya masih kuat. Hari itu juga haqi berangkat untuk mencari oleh-oleh orang tuanya.
Sejak hari keberangkatan haqi, dion merasa lebih senang dan santai dalam bekerja. hal itu tidak hanya dirasakan dion tetapi juga karyawan lainnya. Sebagian besar diantara mereka sudah istirahat sebelumnya waktunya istirahat dan belum masuk kekantor meskipun bel bekerja sudah berbunyi. Ternyata nanda tidak mampu menghandle keadaan demikian, nanda merasa hari-harinya kosong. Meskipun hubungan nanda dan haqi hanya sebatas pekerjaan, tapi nanda menilai berbeda, dia merasa sangat hampa jika tidak melihat bosnya dalam sehari. Ternyata benih-benih cinta telah tumbuh dalam hati nanda, namun ia tidak kuasa untuk mengeluarkan isi hatinya itu. Hanya ia yang merasakan dan memendam selalu. Nanda merasa hatinya tidak pernah terbuka untuk laki-laki lain, padahal sudah banyak laki-laki yang mencoba untuk mendekatinya. Kulitnya yang putih, parasnya yang elok, sikapnya yang santun dan rambutnya yang panjang serta tutur katanya yang penuh kelembutan ternyata hanya haqi yang ada dihatinya. Nanda sangat berbeda dengan kebanyakan wanita, dia tidak memanfaatkan kecantikannya untuk menebar pesona,memanfaatkan cowok-cowok tajir, baginya cinta itu fana, cinta lebih identik dengan nafsu. Kasih sayang itu adalah pancaran hati yang bersifat hakiki serta tidak memaksa untuk memiliki. Hari-harinya selalu dihabiskan di kursi bosnya sambil mencurahkan isi hatinya ke Microsoft word laptop haqi.
Tiga hari sudah haqi berada dirantau orang. Penampilannya yang rapi dan selalu berpakaian kantoran serta kemana-mana selalu ditemani mobil avanza coklatnya, tentu saja hal itu sudah menjadi modal besar memudahkannya untuk mendapatkan siapapun. Haqi kini sudah mulai dilirik oleh para gadis, Salah satunya bernama aci. Aci memang gadis pujaan didesa itu, disamping parasnya yang elok dia juga anak orang kaya. Ayahnya seorang polisi dan ibunya seorang guru, hampir 60% perkebunan didesa itu milik ayahnya. Meskipun haqi sudah terbiasa digodain dulunya, tapi untuk kali ini haqi sudah tidak mau terlalu apatis terhadap cewek, dia mulai memberikan respon yang baik kepada cewek. Tentu saja hal ini memudahkan aci untuk mencuri hatinya. Jarak rumah aci dan kos haqi tidaklah begitu jauh. Hanya dipisahkan tiga rumah sekitar 200 meter.
Hubungan aci dan haqi sudah memasuki hari yang ke 5, berarti sudah delapan hari haqi hidup dikampung orang. Selama 5 hari yang telah berlalu itu, sekalipun mereka belum pernah jalan berdua. Berulang kali aci mengajak tapi ada saja alasan yang diberikan haqi. Suatu kebiasaan yang sulit bagi aci adalah harus beradapatasi dengan sikap haqi yang tidak pernah mau keluar malam, kalaupun mereka ketemu pasti haqi selalu mengajak ketemu dipasar.
 Sore sabtu haqi sedang mencuci mobilnya, dari kejauhan terdengar suara motor yang tentunya sudah tidak asing ditelinga haqi, “bang,”..........

Silahkan Baca Sambungannya Disini

0 komentar