Part VI : Membelah Cinta Menggapai Surga



Part VI : Membelah Cinta Menggapai Surga
Terlihat olehnya seorang wanita bercadar tergeletak dan terhimpit oleh sepeda motornya, meskipun tidak sangat parah terluka haqi dan pengemudi lainnya langsung membawa wanita itu kerumah sakit menggunakan mobil haqi.

Sambil menunggu keterangan dari dokter, haqi menghubungi Aziz, setelah memceritakan sekilas mengenai kejadian yang baru saja dialaminya haqi memberitahukan alamat rumah sakit tempat ia menyelamatkan wanita itu dan meminta aziz agar dapat datang menemuinya. Sambil menunggu Aziz, haqi kembali duduk dan ia hanya bisa menunduk pertanda penyesalan atas musibah yang dialaminya. Suasana ruang tunggu yang semula hening kini mulai terdengar langkah kaki, haqi yang semula hanya duduk menunduk perlahan mengangkat kepalanya, terlihat sepasang suami istri yang didampingi dua orang polisi menghampirinya. Tidak ada terjadi komunikasi diantara mereka, semua hanya duduk diam menunggu dokter keluar dari kamar pemeriksaan. Ketika dokter keluar, dan menjelaskan bagaimana kondisinya, merekapun seraya mengucapkan Alhamdulillah. “ Kondisinya
sudah mulai membaik, silahkan masuk tapi jangan terlalu memaksakannya untuk diajak bicara” tutur dokter. Tinggallah haqi seorang diri diluar, ia tidak berani masuk sendirian, ia akan masuk jika Aziz telah datang.

“Aura, gimana keadaanmu Nak ?” Tanya ibunya. “Ooo, ternyata namanya Aura.” Tutur haqi dalam hatinya ketika mendengar suara ibu itu memanggil anaknya. “ Alhamdulillah bu, hanya luka biasa aja. Untuk apa ibu membawa polisi?” Tanya Aura.
“ inikan kecelakaan, ibu membawa polisi agar yang menabrak kamu bisa ditindak” jawab ibunya.
“ Aura bukan ditabrak bu, tapi Aura yang menabrak, saat itu jalannya berlubang jadi kendaraan didepan Aura berhenti mendadak, dan Aura kira itu bukan salah dia karena mobil didepan mobil yang menabrak Aura inipun juga berhenti mendadak. Ini berarti Aura yang kurang hati-hati dan waspada, Bu.” Sambut Aura menjelaskan. Ibunya hanya bisa diam setelah mendengar penjelasan Aura. “ Ya sudah, tadi dokter berpesan kamu jangan terlalu banyak berfikir dan bicara dulu, untuk sementara kamu disini dulu ya nak, hingga kamu pulih.” Bujuk ayahnya sambil mengusap kepala Aura. “ Baiklah Pak, sepertinya masalah ini kami selesaikan secara kekeluargaan saja, terima kasih atas waktu bapak udah bersedia mendampingi kami kesini.” Tutur Ayah Aura kepada Polisi. “Baiklah pak, jika kasus ini masih berkepanjangan silahkan hubungi kami kembali. selamat siang”. Beberapa saat polisi meninggalkan rumah sakit, terdengar ketokan dari luar “ Assalamu’alaikum ”. “Wa’alaikumsalam” balas Ayah Aura sambil membukakan pintu. Alangkah terkejutnya haqi ketika melihat wanita yang ditolongnya tadi. Hatinya berdebar, matanya tidak mampu untuk berpaling, haqi benar-benar tidak menyangka wanita  bercadar yang menabaraknya itu adalah wanita yang memang dicarinya.
Ayah Aura : kalian temannya Aura?
Haqi : bukan pak. Saya yang menyebabkan anak bapak hingga sampai dirawat disini.
Ibu Aura : Aura udah menjelaskan semua, tidak ada yang salah dan tidak ada yang harus disalahkan, kita jadikan ini sebuah peringatan untuk kita semua, terutama kalian berdua sebagai korbannya. Agar dilain waktu bisa lebih hati-hati dan mawas diri dalam mengemudi.
Aura : Iya bu. Oh ya,  Syukron ya, udah membawa Aura kerumah sakit.
Haqi : iya gak apa-apa, saya juga minta maaf dan itu mungkin udah menjadi tanggung jawab saya untuk membawa Aura kesini. 
Aziz : Tapi…. Maaf ni Aura,  nama teman saya ini bukan syukron, melainkan namanya Haqi Fitrahulkarim.
Aura jadi tersenyum sambil berkata “ iya akhi, makasi udah membuat saya bisa tersenyum”
Aziz : ( Aziz dan Haqipun saling berpandangan memberi isyarat tanda ketidakpahaman mereka ) waduh, kayaknya Aura salah orang ni, nama saya bukan akhi, tapi Aziz Andespamican.
Aura : iya, syukron dan akhi itu bukan nama saudara, dalam bahasa arabnya syukron itu terima kasih sedangkan akhi itu digunakan untuk panggilan kaum laki-laki.
Haqi : Hmm… aku setuju tu. Kamu kok gak tau ziz, kamu kan jago tafsir.
Aziz : Hehehe.. sebenarnya aku tahu, tapi aku hanya ingin melihatnya tersenyum aja.
(suasanapun menjadi heboh dengan tawa canda mereka) berhubung dokter akan melakukan pengecekan kesehatan maka Haqi dan Aziz permisi untuk pulang dan berjanji esok akan datang kembali karena ada satu hal yang akan diberitahukan Haqi.

“Aziz, sepertinya Allah telah menurunkan jodoh ku hari ini” tutur Haqi.
“Alhamdulillah, semoga aja. Emangnya kamu punya alasan yang kuat?” sanggah Aziz
“ Kamu masih ingatkan dengan cerita ku kemarin, saat ku hendak pergi kesini dan aku mendapatkan bungkus plastik yang hingga kini belum berani ku buka. Dia lah wanita yang kumaksud, aku ingat sekali wajahnya. Tadi sewaktu ku menolongnya ia menggunakan cadar makanya aku tidak tahu persis siapa dia. Allah benar-benar menunjukkan kekuasaannya padaku, semua yang terjadi didunia ini sungguh telah diaturnya, ku merasakan jalan hidupku seperti sinetron.” Sambut haqi dengan bijak.
“ Subhanallah, alangkah indahnya perjalanan hidup mu Qi. Yang harus diingat serahkan semuanya pada Allah, jika nantinya dia bukan jodohmu engkau jangan berkecil hati apalagi Suuzon pada Allah. Karena menurutku bisa jadi Allah menemukanmu kembali dengannya karena Allah masih mentakdirkan barang dalam plastik itu kembali lagi pada pemiliknya.” Pinta Aziz pada haqi.
Haqipun mengangguk pertanda menyetujui pendapat aziz “ Insya Allah Ziz, apapun akhir dari semua ini, ku yakin itulah yang terbaik yang dijanjikan Allah untukku.” setelah sampai diparkiran merekapun berpisah menuju kendaraan masing-masing. “ Ziz, aku kembali kerumah kos mu lagi ya, aku masih mau melanjutkan pencarian ku disini” teriak haqi dari mobilnya. “ ya sudah, ambillah kembali kunci kerumah aku. Assalamu’alaikum” sahut Aziz.

0 komentar