Part V : Membelah Cinta Menggapai Surga
Part V : Membelah Cinta Menggapai Surga
Embun pagi memutih
menutupi rerumputan, kicauan burung terdengar dari segala arah, pertanda pagi
telah tiba. Seperti biasa Haqi selalu meluangkan waktunya untuk olah raga,
ketika sedang asyik memutar badannya kekiri dan kekanan ia melihat pemandangan
yang sangat mengherankan. Tatapannya langsung tertuju kepemandangan itu hingga
jantungnya berdetak kencang dan fikirannya melayang jauh kesegala arah, mengapa
tidak, karena ia melihat Aci sang mantannya dengan Darma kekasih baru Aci yang
baru pulang mengendarai sepeda motor. Haqi yakin betul mereka bukan pulang
marathon melainkan memang belum pulang dari tadi malam, karena pakaian yang
mereka gunakan sama persis seperti pakaian mereka saat keluar tadi malam,
lagian jika mereka marathon tidak mungkin pakaian mereka seperti itu. “ Dari
mana mereka ya?? Hmm, Oh iya, kenapa aku lupa, padahal tujuanku tadi malam
kerumah Aziz untuk menanyakan kebenaran yang disembunyikannya itu. Subhanallah,
berarti Allah tidak menghendaki aziz membongkar rahasia atau aku mungkin memang
tidak berhak tahu. Ya sudahlah, terserah apa yang mau dilakukan Aci, itukan
urusan mereka.” Haqi pun kembali melanjutkan senamnya.
Aci sangat merasakan
kebahagiaan dengan pacar barunya, tidak seperti saat berhubungan dengan Haqi.
Sedikitpun ia tidak merasa kebahagiaan, karena haqi tidak pernah mau
mengajaknya jalan malam berdua, ketemuan berdua layaknya seperti pasangan
lainnya yang sedang menjalani masa pacaran. Apalagi saat Ayah dan ibunya kini
sedang keluar kota, tentu saja ia semakin merasa bebas menikmati pacarannya
dengan dharma, ia bisa pergi dan pulang kapan saja tanpa ada yang mengawasi.
Salah seorang dari tetangga Aci melihat mereka baru pulang pagi itu, “ Liat
saja nanti kalau Ayah dan ibumu udah pulang, pasti akan ku ceritakan”. Tuturnya
dalam hati sambil menutup jendelanya kembali. diperjalanan setelah mengantar
Aci pulang, Dharma kelihatan berfikir dan terlihat raut wajah kesal dari
mukanya. Sedangkan Aci merasa ada yang aneh dari sikap Dharma, biasanya setiap
kali mau pulang Dharma pasti menyapanya terlebih dahulu dengan sapaan mesra,
tapi tadi kenapa dia diam aja ya. Aci kelihatan menguap dan tidak menghiraukan
kejanggalan sikap Dharma padanya, setelah mencuci kaki ia pun langsung menuju
kamar tidur untuk melanjutkan kebiasaannya yang suka tidur dipagi hari.
“Nanda, Ibu mau kepasar
dulu ya, ada yang mau kamu beli gak? Sekalian aja titip sama ibu sekarang.”
“ gak ada bu, lagian nanti sore Nanda
juga mau kepasar bu” sahut Nanda dari kamar mandi sambil mencuci.
Setelah selesai menjemur pakaian,
Nanda kelihatan suntuk. Berulang kali ia memegang hp seperti hendak menelepon
seseorang, tapi ia tidak punya kemampuan untuk melakukannya. Untuk melepaskan
kesunyian hatinya, Nanda kembali melaporkan isi hatinya pada buku kecil
berwarna merah yang terletak di meja kecil dipojok kamarnya. Goresan demi
goresan tintanya kini telah membentuk sebuah puisi yang indah, dengan senyuman
kecil Nanda kembali mengulang membaca puisi yang baru saja ditulisnya
Resah
tatkala mengingatnya
rapuh
berderai dalam suasana
bila
kukenang semua rasa
butiran
air mata jatuh menerpa
Kumohon
waktu segera berlalu
datanglah
waktu yang menenangkan qolbu
Ku
tak mau, Ku tak mau menghampiri masa lalu
Ku
telah anggap semua itu semu.
Tanpa ia sadari, matanya kini telah
berlinangkan air mata. Pertanda ia menyimpan rasa yang sangat dalam. Kesucian
hatinya menyukai haqi membuatnya selalu menjaga kehormatan diri dan tidak mampu
untuk membuka hati untuk lelaki lain. Cinta yang tulus dan didasarkan karena
Allah membuatnya selalu kuat meskipun ia belum pasti akan mendapatkan balasan
cinta dari haqi dan masih mampu bertahan hingga ia merasa ada waktu yang tepat
untuk mendapatkan semuanya. Nanda selalu berprinsip bahwa cinta itu adalah
suatu anugerah yang suci, dan kita tidak wajib memaksakan dicintai oleh orang
yang kita cintai, akan tetapi kita wajib membenahi diri agar dapat cinta dari
orang yang kita cintai.
Expedisi pencarian
didaerah ini telah selesai namun pencarian belum juga kunjung usai. Layaknya
seorang detektif, haqi mencoba untuk mencari target yang lain dan pastinya
diwilayah yang berbeda. Simpanan dana masih mencukupi untuk melanjutkan
expedisinya, ia masih tetap berkeinginan untuk menghabiskan waktu mencari oleh-oleh
ibunya, sedangkan hal yang lain tidak dihiraukannya meskipun kini ia tidak
mempunyai usaha lagi. Ia bertekad setelah mendapatkan hidup yang baru barulah
ia akan merintis usahanya lagi dari nol. Sebelum berangkat, ia meluangkan waktu
untuk menemui Aziz sambil mengembalikan kunci rumah kosnya. Berhubung Aziz
tidak dirumah maka Haqi hanya pamitan pada orang tua Aziz dan hanya bisa
menitipkan salam untuk Aziz pada orang tuanya. Panasnya matahari mulai terasa,
sang raja bumi telah berdiri dengan cerahnya, semilir anginpun mulai hilang,
yang terdengar hanya aktivitas-aktivitas manusia yang tidak saling
memperdulikan. Haqi masih duduk berfikir didalam mobil memikirkan arah tujuan
selanjutnya. Matanya yang mengarah kesegala penjuru seakan-akan mencari arah
yang tepat untuk ditempuhnya, gerakan matanya langsung terhenti tatkala melihat
bungkusan plastik yang ia dapat beberapa hari yang lalu. Rasa penasarannya akan
bungkus plastik itu semakin besar tetapi ia telah berjanji sebelum sampai 2
minggu dari sejak ia dapat maka ia tidak akan membuka plastik itu. Haqi kembali
tersenyum ketika mengingat sang pemilik plastik itu, dirinya selalu yakin pasti
akan bisa bertemu dengan wanita itu untuk mengembalikan barangnya ini. “Kemarin
ku melihat wanita itu 15 menit sebelum sampai kesini, jika memang barang ini
masih ditakdirkan untuknya ku mohon Ya Allah setelah ku berangkat dari sini
maka 15 menit kemudian tolong pertemukan aku dengan dirinya, ku hanya ingin
mengembalikan barang ini dan sedikit ta’aruf(kenalan) ” begitulah tutur haqi
didalam hatinya, sambil mengucapkan bismillah ia pun melanjutkan perjalanan.
Ditengah teriknya
matahari siang itu, suasana jalan sungguh padat merayap. Sudah 5 menit haqi
diperjalanan, harapannya semakin besar agar bisa bertemu dengan wanita
berjilbab itu. hingga akhirnya ia dapat melewati suasana jalan yang sangat
padat dan kini berubah menjadi jalan yang bisa dilewati dengan kecepatan 100
km/jam. Kondisi jalan yang berlubang dan banyaknya tikungan tajam menuntut
pengemudi harus lebih hati-hati dan mawas diri, ketika haqi hendak melihat jam
untuk memastikan udah berapa menit perjalanan yang dilalui tiba-tiba mobil
didepannya berhenti mendadak dan haqipun dengan tangkas memijak remnya,
kecelakaanpun tidak dapat dihindari, sebuah sepeda motor menabrak bagian
belakang mobil haqi karena motor itu tidak dapat mengendalikan kecepatannya
saat haqi berhenti secara mendadak. Terlihat olehnya seorang wanita bercadar
tergeletak dan............................
Silahkan Baca Sambungannya Disini
Silahkan Baca Sambungannya Disini
Tags:
ARTIKEL
0 komentar