Part III : Membelah Cinta Menggapai Surga

 Part III : Membelah Cinta Menggapai Surga

Haqi : Hmm.. sepertinya besok kita harus rapat dengan seluruh supervisor,HRD dan sekalian undang satpam kita untuk rapat. Jam 10.00 WIB saya tunggu dirumah. Sepertinya itu saja bu, saya harus permisi pulang.
Nanda : Baik pak. Nanti saya akan langsung informasikan.

Disela-sela kesibukannya haqi mencoba untuk menghubungi Aci kembali, namun berulang kali ia menelepon Aci tidak kunjung mau mengangkat. Udah puluhah kali haqi mengirim sms, tapi satupun tidak ada diresponnya. Haqi menyadari ini kesalahannya, tapi ia meyakini jika memang Aci terbaik untuknya pasti kami akan bersatu. Begitulah keyakinan yang ada pada diri Haqi sehingga ia tidak larut dalam masalah pribadinya.

Pukul telah menunjukkan 10.00 WIB, seluruh supervisor,HRD dan satpam sebagai juru kunci juga hadir dirumah Haqi. Dengan tenang dan bijak haqi pun memulai rapat.
Haqi : Selamat pagi semuanya. Adapun maksud dan tujuan dari rapat kita ini adalah untuk membicarakan mengenai musibah yang menimpa perusahaan kita. Saya tidak menyesali masalah kebakaran itu, yang saya sesali adalah kejanggalan yang terjadi dalam kebakaran itu. Hal ini sebelumnya telah saya bicarakan dengan Ibu Nanda selaku orang yang saya percayakan untuk menghandle perusahaan selama saya pergi.
( Dion terlihat menarik napas panjang ketika mendengar bos nya menyebut nama Nanda, dan ia pun langsung mengangkat tangan agar diberi kesempatan berbicara)
Dion : kemarin saya juga datang kerumah bu nanda,pak. Beliau mengatakan bahwa dia telah mengetahui penyebab dari kebakaran itu, saya kira sekarang saat yang tepat untuk bu Nanda menjelaskan, karena disini kita telah berkumpul semua.
Haqi : (melihat Ibu Nanda dengan penuh selidik) Apa benar demikian Bu?
Nanda : Benar tetapi tidak benar pak.
Pak delta langsung berdiri, beliau adalah HRD perusahaan tersebut, “Ibu jangan memperumit masalah ini, bicara yang benar!”
Haqi : saya harap jangan kotori rapat ini dengan emosi, semuanya wajib berbicara sesuai aturan. (setelah menegur pak Delta beliau langsung melihat kearah Nanda) Bu Nanda silahkan jelaskan maksud anda.
Nanda : memang benar saya mengatakan kepada pak Dion bahwasanya saya mengetahui penyebab kebakaran itu tetapi sebenarnya saya tidak mengetahui apa-apa, karena saya tidak mau berprasangka.
Haqi : lantas, atas dasar apa ibu berkata demikian kepada pak Dion?
Nanda : karena saya tidak suka melihat sikapnya yang terlalu memojokkan saya pak.
Haqi : saya kira tidak selamanya berprasangka itu dilarang, dalam keadaan seperti ini, sapapun yang mencurigakan wajib kita bahas, agar tidak ada saling fitnah dan tuduh setelah rapat ini selesai.
Dion : maaf pak, saya kira kunci masalah ini ada pada bu Nanda, jika ia mau berkata jujur saya yakin semuanya akan selesai dengan segera.
(suasana ruang rapat sudah mulai ricuh, peserta rapat sudah mulai terpancing dengan pernyataan Dion)
Haqi : Saya harap semuanya bisa tenang. Bu Nanda, silahkan ibu memberikan sedikit penjelasan, agar kami semua bisa mempertimbangkan dan mengetahui duduk perkara dengan jelas, karena saya melihat antara Bu Nanda dan Pak Dion sudah tidak ada komunikasi yang baik lagi dari jauh-jauh hari sebelum musibah ini terjadi.
Nanda : Baiklah pak, sebenarnya saya tidak ingin berprasangka sebelum saya mengumpulkan bukti yang kuat. Sejak bapak meninggalkan kantor dan memberikan kepercayaan kepada saya, saya dan pak Dion tidak lagi terjalin komunikasi yang baik, hal ini dikarenakan beliau merasa cemburu dengan kepercayaan yang bapak berikan, bahkan beliau tidak lagi mematuhi aturan datang selalu terlambat dan pulang selalu cepat.
(dion langsung memotong pembicaraan)
Dion : Maaf pak, saya kira Ibu Nanda tidak membahas apa yang kita diskusikan, ia sengaja mencari kesalahan saya untuk menutupi kesalahannya.
Haqi : Bu Nanda, Silahkan lanjutkan. Semua peserta rapat saya harap tidak ada yang menyela pembicaraan beliau.
Nanda : Terima kasih pak. Pak Dion memang benar, apa yang saya sampaikan bukanlah tema dari rapat kita, akan tetapi dari sinilah motif musibah ini terjadi. Jauh hari sebelum bapak meninggalkan kantor, pak dion sebenarnya sudah melakukan berbagai kecurangan pak dan bisa saya katakan beliau telah korupsi. Pak dion sengaja memasang aplikasi Keylogger di computer staff keuangan untuk mencuri password menu pelunasan. Sehingga ia dengan mudah melakukan penagihan dan melunaskan sendiri tanpa melaporkan uang yang diterimanya kepada staff keuangan. Makanya dua bulan terakhir terjadi selisih pendapatan dan penjualan yang sangat besar pada perusahaan kita. Selama ini saya belum berani memberitahukan kepada bapak, oleh karena itu ketika bapak pergi saya melaporkan hal ini kepada team audit dan pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini pak, karena terus terang kerugian yang terjadi sudah mencapai delapan ratus juta dan kami selaku bagian keuangan sudah tidak sanggup lagi menutupi kekurangan yang sebesar itu. jadi menurut saya, karena takut kecurangan yang dilakukannya ketauan, makanya pak Dion melakukan tindakan pembakaran agar jejaknya tidak diketahui lagi.
(semua pandangan tertuju ke Dion)
Dion : (dengan tenang ia menjawab) Apa bukti ibu berkata demikian?
(nanda terdiam sejenak sambil menghela napas panjang, ia memang tidak mempunyai bukti tapi ia yakin pelakunya memang Dion.)
Nanda : sejauh ini saya memang belum punya bukti, tapi saya bisa mencari bukti demi kebenaran apa yang saya sampaikan.
Dion : (dengan nada tinggi dan sambil berdiri dion membantah) Kalau ibu tidak punya bukti, berarti ibu telah mencemarkan nama baik saya dihadapan semua orang hari ini. Ibu akan saya laporkan ke polisi atas dasar pencemaran dan penfitnahan.
Haqi : Pak dion, saya mengerti maksud anda. Kalau bapak masih menghargai saya untuk memimpin rapat ini silahkan bapak duduk. Begitu juga dengan bu Nanda, jika ibu tidak punya bukti yang kuat, ibu tidak boleh mengambil kesimpulan apapun.
Nanda : Maaf pak, dari awal saya sudah mengatakan saya tidak mau berprasangka, tapi sikap pak Dion yang memaksa saya untuk berkata demikian. Tapi saya yakin memang begitulah kebenarannya, masalah bukti tentu saja saya susah untuk membuktikannya karena sudah habis terbakar.
Haqi : Baiklah. (tatapan Haqi beralih menghadap Security perusahaan). Pak Nawi saya minta anda menjelaskan kejadian pada saat awal kebakaran terjadi.
Nawi (security) : (dengan sedikit gugup Nawi menjelaskan ) Malam itu saya ketiduran pak, lalu saya terbangun setelah api sudah membesar. Saya benar-benar ketiduran saat malam itu.
Haqi : Apakah anda tidak mendengar alarm kebakaran sedikitpun? Bukankah speaker alarm berada diatas pos anda!
Delta : saya tidak yakin kalau pak nawi tidak mendengar alarm dan ketiduran malam itu, karena saya tau persis bahwasanya pak Nawi menderita Imsomnia (tidak bisa tidur) berdasarkan cerita beliau beberapa bulan yang lalu.
Nawi : Maaf pak Delta, dulu saya memang imsomnia, tapi sekarang sudah tidak lagi.
Haqi : saya ingin rapat ini tidak ada yang berbohong, sebelum polisi yang menyelidiki lebih lanjut, lebih baik berkata jujur dan kita bisa memusyawarahkannya.
Satu hal lagi yang sangat penting saya sampaikan adalah mengenai faktur, giro dan dokumen-dokumen perusahaan. Semua file itu diletakkan didalam lemari antibakar. Tetapi ketika polisi melakukan identifikasi ternyata didalam lemari sudah kosong, hal ini tidak mungkin terbakar, karena tidak ada meninggalkan debu sedikitpun. Total faktur dan giro yang hilang itu mencapai milyaran rupiah, jadi sekali lagi saya tegaskan jika tidak ada yang mau berkata jujur dalam rapat ini, terpaksa saya akan menghadirkan polisi untuk mengidentifikasi lebih lanjut.
(Pak Nawi terkejut dan seketika melihat kearah Dion)
Dion : sepertinya kasus ini sudah semakin terang, pemegang kunci brankas dan lemari itu adalah bagian keuangan. Meskipun bukan mereka pelakunya saya kira mereka harus mempertanggungjawabkan secara hukum dengan alasan kelalaian kerja. Dan menurut saya ini lah motif utama dari kebakaran ini. Faktur, giro dan dokumen lainnya diambil terlebih dahulu sebelum perusahaan dibakar agar jejak mereka hilang dan bisa dikatakan semua file itu terbakar.
Haqi : Sebelumnya saya juga berfikir seperti itu, tetapi masalahnya adalah pelakunya. Dan masalah ini pasti saling berkaitan.
“apa salahku, apa salah ibuku, hidupku direnung pilu” Hp Haqi dengan kerasnya merusak kehikmatan rapat. “Maaf saya tidak lupa mematikan Hp” ketika haqi hendak mematikan Hp sekilas ia melihat sipemanggil “Personalian PT Adya”. “Hmm.. Maaf sepertinya saya harus mengangkat telpon ini sebentar, karena ini dari langganan kita.”
Haqi : selamat siang Bu
PT Adya : siang juga pak, saya turut berduka cita atas musibah yang menimpa perusahaan bapak. Bahkan saya mendengar dari bu Nanda bahwa semua faktur tagihan dan giro juga hilang. Barusan saya mencoba mencoba menelpon bu Nanda tapi nomor nya tidak aktiv.
Haqi : iya bu, bu Nanda sengaja mengnonaktivkan hp nya karena kami sedang rapat membicarakan mengenai kehilangan faktur dan penyebab kebakaran itu.
PT Adya : begini pak, saat ini ada salesman bapak yang melakukan penagihan, beliau juga membawa bukti penagihan berupa faktur. Sedangkan tadi malam bu Nanda menginformasikan kepada saya bahwa semua faktur tagihan hilang dan minta kerjasama.
Haqi : Alhamdulillah, informasi ibu ini benar-benar menjadikan solusi dari rapat kami. Saya yakin salesman yang datang ketempat ibu itu dapat sebagai bukti untuk mengungkap kasus ini bu, saya minta kerjasama ibu untuk membawa salesman itu kerumah saya. saya harap ibu bisa membantu.
PT Adya : Baiklah Pak, saya langsung kesana. Tapi bagaimana jika ia tidak mau pak, saya yakin sales itu bekerjasama dengan orang yang mengambil faktur-faktur itu.
Haqi : saya akan kirim polisi kesana bu, dan saya harap ibu bisa meminta sales itu untuk menunggu, bilang saja kasir ibu masih mengambil uang ke Bank, agar ia mau menunggu.
PT Adya : Baiklah Pak. Selamat siang
(Haqi mulai tersenyum sambil berkata didalam hatinya “sesaat lagi semuanya akan jelas, siapa yang menjadi dalang dari semua ini”. Haqipun kembali menuju meja rapat dan melanjutkan rapat)
Haqi : kita tidak perlu lagi berdebat, sebentar lagi ada tamu yang datang. Mudah-mudahan dengan kehadiran beliau semuanya akan selesai. Siapapun nantinya yang terlibat harus sudah siap untuk menerima segala resiko. Sambil menunggu silahkan airnya diminum.
(semua peserta rapat mengkerutkan kening dan saling berpandangan, tentu saja mereka semua penasaran dengan tamu yang akan datang ini).

Setelah 20 menit menunggu, bel rumah Haqipun berbunyi. Suasana mulai menegang ketika mereka melihat polisi menuju ruang rapat mereka. Salah seorang dari tamu yang datang tangannya terlihat diborgol, hal ini tentu saja membuat mereka semakin penasaran. Setelah Haqi mempersilahkan semuanya duduk, dengan sedikit menghela napas haqy memulai pembicaraan.
Haqy : Silahkan sekarang anda berkata jujur dari mana anda mendapatkan faktur perusahaan kami?
Sales : (tanpa berbelit-belit, ia pun langsung menunjuk kearah Dion) Dia yang menyuruh saya.
(diam tanpa kata, itulah yang dialami dion. Sepatah katapun tidak lagi keluar dari mulutnya, ia spontan berubah dari seekor burung murai yang suka berkicau kini menjadi seekor kukang yang sangat pendiam. Sepertinya ia pasrah apapun yang akan terjadi pada dirinya)
Haqy : Pak Dion, sepertinya saya tidak perlu banyak bertanya lagi, anda sudah tahu apa yang harus anda pertanggungjawabkan. Silahkan anda ceritakan yang sebenarnya.
Dion : saya melakukan ini tidak sendirian, saya bekerja sama dengan security, setelah mengambil semua faktur dan giro, kami langsung membakar perusahaan.
Haqy : baiklah, terima kasih atas pengakuan anda. Sekarang bapak kembalikan semua document yang bapak ambil dan bapak bisa pergi.
(semua yang hadir menjadi heran dan terkejut mendengar keputusan haqi)
(kembali Haqy menoleh kearah security)
Haqy : begitu juga dengan bapak, dengan segala hormat saya persilahkan bapak pergi bersama pak Dion ke penjara sekarang juga.
Pak polisi, silahkan bawa mereka.
Saya kira semuanya sudah jelas, saya harap semua yang hadir bisa bekerjasama untuk memulihkan kembali perusahaan kita.

Masalah Haqy sudah mulai berkurang, perlahan satu masalah yang dihadapinya sudah selesai. Kini ia harus konsentrasi bagaimana untuk memulihkan perusahaannya kembali. Setelah menunaikan sholat zuhur, ia berniat ingin menelepon ibunya, Haqi berdoa semoga ibunya untuk sementara waktu ini tidak menanyakan mengenai oleh-olehnya itu.
Haqi : Assalamu’alaikum Bu
Ibu : Wa’alaikumsalam Nak. Gimana kabar kamu nak?
Haqi : Alhamdulillah sehat bu, kabar ibu dan ayah gimana?
Ibu : beginilah nak, namanya juga sudah tua, biasalah hanya sekedar sakit-sakit merindukan cucu.
Haqi : Hmm… iya bu, Haqi sekarang sedang berusaha untuk mewujudkan impian ibu.
Ibu : Kapan pulang kerumah nak? Kalau udah mau pulang kasih kabar ya nak, biar ibu bisa ngundang semua sanak saudara untuk menyambut kepulangan anak ibu tercinta dan mantu ibu.
Haqi : Insya Allah bu. Titip salam untuk ayah ya bu. Udah dulu ya bu, haqi mau ke kantor. Assalamu’alaikum
Ibu : Wa’alaikumsalam
Haqi kembali menghela napas panjang sambil berdo’a, “Ya Allah apa yang harus kuselesaikan terlebih dahulu, beri aku petunjuk Ya Allah. Tanpa petunjukmu ku tidak akan bisa melangkah untuk mencapai tujuanku.” Setelah berdo’a ia kembali mencoba menghubungi Aci, ia berniat untuk mengajak Aci pulang ke kampungnya. Akan tetapi nomor Aci tidak lagi aktiv, Haqi bingung harus menghubungi kemana agar bisa mengatakan niatnya kepada Aci.

“Nanda, kemari nak, ayah sama ibu ingin bicara sebentar” terdengar suara dari luar kamar. “ iya bu, Nanda matikan laptop dulu sebentar.” Sahut Nanda dari dalam kamar. Sebelum duduk bersama orang tuanya, Nanda sengaja membuatkan dua cangkir teh panas dan menyuguhkannya dengan sopan dihadapan orang tuanya.
Ayah : Nanda, Ayah bangga sama kamu, hingga sekarang kamu bisa menjaga harga dirimu dan terhindar dari fitnah. Kamu bisa menjaga pergaulan sehingga tidak terpengaruh dengan kebanyakan wanita zaman sekarang. Sama halnya dengan Ayah dan Ibu mu dulu, kami juga tidak ada mengenal istilah pacaran, bahkan sedetikpun ayah tidak pernah berduaan dengan ibumu apalagi menyentuhnya hingga kami sah menjadi suami istri. tapi dampaknya bisa kami rasakan sekarang, ayah dan ibumu masih tetap bersama hingga tua bahkan semakin tua kami semakin romantis.
Ibu : hahaha, ada benarnya yang dikatakan ayahmu itu Nan. Cobalah lihat pasangan zaman sekarang, baru punya anak satu sudah cerai, bahkan baru saja menikah 6 bulan udah minta cerai. Itu adalah salah satu dampak dari pacaran, karena mereka sudah berbulan-bulan pacaran hingga kasih sayang mereka terlalu berlebihan saat pacaran, akhirnya setelah menikah mereka tidak lagi merasakan kasih sayang sebesar saat  mereka pacaran, apalagi kalau pacaran mereka itu hanya didasarkan nafsu, tentu saja habis manis sepah dibuang. Maka muncullah perang kedunia ketiga hingga berujung dengan perceraian.
Nanda : Iya Ayah, Iya Ibu. Ayah dan Ibu memang pasangan yang ideal dan wajib dicontoh. Hmm… Nanda juga mau seperti itu, saat-saat terindah itu kan saat pacaran, jadi lebih baik menikah dulu setelah itu baru pacaran. Nah, pasti lebih menyenangkan ya Bu.
Ibu : Hmm… betul betul betul.
(merekapun tertawa sambil menikmati hangatnya teh dimalam itu)
Ayah : sekarang giliran kamu nak, apa kamu sudah punya bayangan untuk kedepan? Apa perlu ayah yang mencarikan?
Nanda : sejauh ini belum ada yah, Nanda rasa tidak perlu dicari, kalau memang ada nantikan datang sendiri.
Ibu : Nak, Jodoh itu memang ada, tapikan kita wajib berusaha. Dan usahanya itu dengan mencari. Jadi gak boleh hanya menunggu agar jodoh itu datang sendiri.
Nanda : Iya ibu, tapikan Nanda Cewek. Gak mungkinkan bunga yang mencari kumbang, pasti kumbang yang mencari bunga. Hehehe, benerkan bu?
Ayah : memang benar anakku, tapi kalau bunganya tidak memberikan aroma mana mungkin kumbang akan hinggap dibunga itu.
Ibu : Nah, benar apa yang dikatakan ayahmu itu nak, ayahmu kan dulu pernah juga menjadi kumbang
(suasana kembali heboh dengan tawa mereka sekeluarga)
Ayah : tapi ingat, kumbang itu suka dengan aroma bukan pesona. Yang suka dengan pesona itu adalah Syaithonirrojiim bukan kumbang. Jadi hati-hati, mau dihinggapi syaithon atau dihinggapi kumbang itu semua tergantung diri kita masing-masing.
Nanda : Iya ayah, Nanda akan selalu ingat nasehat ayah dan Ibu.
Ibu : Ya sudah, kembalilah ke kamarmu nak, hari sudah larut malam. Jangan lupa kunci pintu belakang ya nak.
Nanda : Iya bu. (Nandapun membereskan gelas teh orang tuanya dan membawa ke dapur).

Modal yang aku miliki sekarang sepertinya tidak cukup untuk membangun perusahaan ku kembali, aku lebih baik focus akan permintaan orang tuaku. Karena selama ini bukan harta yang diminta orang tuaku, dan harta ku selama ini tidak pernah bisa membuat orang tua ku bahagia, mereka hanya meminta mantu dan cucu. Mungkin ini memang jalanku, dan inilah mungkin yang terbaik untukku. Ketika hp nya berbunyi Haqi kelihatan bingung, karena ia mendapat pesan dari seseorang yang nomor nya tidak dikenal. Perlahan pesan itu dibacanya “Janganlah engkau cari istri yang bisa mencari rezeki, dan janganlah cari istri hanya untuk nafsu birahi serta janganlah cari istri yang hanya bisa menghiasi ataupun istri yang bisanya hanya mencaci, tapi carilah istri yang bisa mengerti dalam kehidupan ini.”  Haqi mencoba untuk menelepon nomor itu kembali namun panggilannya tetap diabaikan. “Siapapun ia, ku harus berterima kasih dengannya, kalimatnya sangat memberikan  arti dan makna yang dalam” Haqipun mempersiapkan segala peralatan yang akan dibawanya, karena esok pagi ia akan berangkat ke kampung halaman Aci.

Ditengah perjalanan, Hp Haqi kembali berbunyi, karena sedang mengemudi kendaraan Haqi tidak melihat terlebih dahulu siapa yang meneleponnya karena ia menyangka yang menelepon itu adalah ibunya, apalagi ia sedang rindu berat dengan ibunya, makanya sesegera mungkin ia ingin mendapatkan oleh-oleh ibunya itu agar segera bisa merangkul kedua orang tuanya.
Haqi : Asslamu’alaikum Bu, Haqi sayang dan kangeen kali sama ibu.
Nanda : (Mendengar perkataan haqi seperti itu nanda seketika terkejut dan langsung mematikan Hp nya) .........................

Silahkan Baca Sambungannya Disini

0 komentar